Selasa, 13 Januari 2009

Dilema Sepakbola Tanah Air (ku)

DIKEMAS ringan, tapi tepat menghujam. Karikatur nunk 301208 memancing emosi saya ketika pertama melihatnya, Senin (5/1). Siang itu di kantor, rubrik Forum Pembaca BOLA itu segera saya sodorkan pada Mbak Vanda (34), asisten redaktur online www.sripoku.com. Tapi, ia malah tersenyum geli. Respon berbeda dengan yang saya rasakan.Karikatur itu bercerita tentang kegagalan tim nasional kita menjuarai AFF Cup. Tiga pebola khas dengan kepalanya yang botak berdiri baris di sudut kiri ruang karikatur. Mereka mengenakan kaos kuning, putih, dan merah, mewakili timnas Thailand, Vietnam, dan Singapura. Masing-masing membanggakan prestasi tertinggi di tujuh kali even sepakbola Asia Tenggara sejak tahun 1996 itu. Thailand dan Singapura berbagi juara tiga kali. Kemudian Vietnam yang baru-baru ini kampium AFF Cup 2008, sukses mengubur ambisi Thailand merebut trophy keempat di pertandingan puncak. Lalu, berada dimana timnas Indonesia? Di sini ternyata bagian cerita yang membuat urat geli Mbak Vanda tersentil melihatnya.Pebola kita diwakili oleh nunk yang mengenakan kaos merah celana putih. Ia berjalan gontai membelakangi tiga tim juara tadi. Posisinya di tengah menuju ke kumpulan empat pebola yang mewakili Laos, Kamboja, Brunei, Timor Leste, dan satunya lagi paling ujung barisan kanan mungkin Malaysia.Uniknya, sambil berjalan itu, kepala nunk justru menoleh ke arah pebola Thailand, Vietnam, dan Singapura yang terasa semakin jauh. Kentara dari raut mukanya, nunk memendam rasa penasaran untuk bergabung dengan mereka. Tapi segera diingatkan oleh teriakan Kamboja, "Yang belum pernah juara gabung sini." Lucu memang.Malamnya, sekitar pukul 11.30, majalah yang sama di rubrik Tim Nasional ada kalimat yang membuat saya cemas. Pelatih timnas, Benny Dollo, mengatakan, "Kita sulit untuk lolos. Level event ini lebih tinggi dengan lawan yang pasti lebih berat juga. Tapi, kita tidak boleh pesimis." Pria bertubuh tambun yang akrab disapa Bendol, ada juga yang memanggilnya Om Benny ini mengeluarkan statemen tentang kiprah Charis Yulianto cs. di fase kualifikasi Piala Asia 2011. Saya simpulkan, Bendol berpikir, 'jangankan menjadi juara, masuk babak final saja timnas Indonesia muskil'. Mungkin tidak disadari oleh Bendol, ucapannya itu berdampak negatif pada sisi psikologis pemain. Mereka tertular sindrom rendah diri, merasa tidak mampu. Mau bagaimana, pelatih saja sudah menyerah.
Kegagalan di AFF Cup semestinya PSSI memecat Bendol, tapi itu tidak dilakukan. Bendol ternyata punya muka, kita hargai itu. Lagi pula, siapa yang menggantikannya kelak. Satu nama, Rahmad Darmawan. Saat ini tidak mungkin. Saya juga tidak rela Sriwijaya FC kehilangan pelatih jenius, berani, dan percaya diri. Apalagi SFC juga membawa nama bangsa di ajang Liga Champion Asia.