Jumat, 13 Februari 2009

Wanita Tangguh Lahirkan 6 Anak Kembar

TIDAK salah rasanya menyebut Erni Lestari (49) seorang wanita yang tangguh. Ia melahirkan 11 anak, enam di antaranya kembar dua pada tiga kali persalinan.Tak kalah mencengangkan, mengingat keluarga ini tinggal di Kota Palembang, anak-anaknya itu lahir di tangan dukun beranak dan satu kali ditolong Indra (51), suaminya.Putri kembar pertamanya lahir setelah Erni memiliki empat anak, sekitar tujuh tahun lalu. Saat itu ia masih ikut suami tinggal di rumah mertua di kawasan Bukit Besar. Si kembar diberi nama Intan dan Indah. Intan sekarang masih tinggal bersama Erni, sedangkan Indah diminta menemani neneknya, Hernawati, di daerah Jalur 13.Pada kelahiran pertama bayi kembar itu Erni mengaku cukup kaget. Ia memang merasakan gejala berbeda di dalam kandungan dibandingkan tiga anak terdahulu. Namun, ia tidak dapat memastikan karena tidak pernah memeriksakan kandungannya ke dokter kandungan atau setidaknya bidan. "Lebih banyak gerak. Saya sudah merasa ini kembar. Ternyata betulan kembar perempuan," kata Erni, Kamis (12/2).Sekitar 1,5 tahun setelah itu, Erni kembali hamil. Gejalanya di dalam perut sama dan memang untuk kali kedua ia melahirkan bayi kembar. Kali ini satu laki-laki dan satu perempuan diberi nama Rendi dan Rika. Ada kisah yang cukup mendebarkan di balik proses kelahiran ini meski Erni santai saja menuturkannya.Erni hamil tua. Siang itu ia sedang keliling kampung berjualan jamu gendong. Tiba-tiba perutnya mulas, mau melahirkan. Diantar ojek, Erni pulang ke rumah dan mendapati suaminya belum pulang kerja. Putrinya, Pipin, pergi ke rumah dukun beranak. "Saat saya dan mbah dukun sampai di rumah, ternyata ibu sudah melahirkan. Yang nolong bapak saya," tutur Pipin (17).Erni tersenyum. Katanya, Indra cukup mahir membantu proses bersalin. Tali pusar si kembar dipotong menggunakan sembilu, persis seperti dilakukan dukun beranak pada kelahiran putra dan putri mereka sebelumnya.Pasangan Indra dan Erni boleh dibilang tidak mengenal KB. Sudah punya delapan anak, Erni kembali melahirkan bayi mungil. Sayang, Peter meninggal pada usia delapan bulan. Menurut Erni bukan karena sakit, tapi tiba-tiba panas tinggi disertai bintik-bintik merah di sekujur tubuh.Erni menyebut, Peter takut pada suara kodok. Keluarga ini tinggal di kawasan Budimulyo, Kelurahan Silaberanti, Kecamaran Seberang Ulu I. Numpang tinggal di atas lahan milik Pemprov Sumsel di Jakabaring, tidak jauh dari Stadion Gelora Sriwijaya.Rumah mereka sangat sederhana. Dinding papan susun sirih beratap nipah. Hanya ada satu kamar, tidak ada sekat antara ruangan tangah dan dapur. Penerangan menggunakan satu lampu teplok yang digantung di tengah rumah. Dua tahun lalu rumah mereka pernah roboh diterjang angin kencang.Air minum beli pakai galon, sedangkan untuk mandi di sungai depan rumah. Keluarga ini menanam sayuran untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Indra seorang pegawai dengan gaji sekitar Rp 1 juta per bulan. Penghasilan dibantu Erni yang berjualan jamu gendong keliling dari satu kampung ke kampung lain. Dalam kehidupan yang serba sulit itu, Erni kembali hamil. Ia lagi-lagi melahirkan bayi kembar, 10 bulan lalu, yaitu Kalef dan Fili. Persalinan kembali dibantu dukun beranak. Kedua putra dan putri bungsunya ini sudah bisa berjalan meski belum tegap betul.
Perkembangan otak Fili bahkan melebihi anak-anak seusianya. Ia sudah dapat memberi reaksi melarang kakaknya, Rika, yang coba menaiki motor milik Sripo yang parkir di samping rumah."Anak-anak saya tidak pernah sakit. Kami tidak pernah ke dokter atau ke puskesmas. Mungkin karena pengaruh minum jamu yang saya buat," kata Erni.Mengenai tiga kali melahirkan anak kembar, ternyata memang keluarga ini punya garis keturunan kembar. Kakak Erni, Indah dan Indra, lahir kembar. Begitu juga suaminya yang punya adik kembar, Riko dan Riki.Erni belum memutuskan apakah pada masa mendatang akan hamil lagi atau sudah cukup punya 10 anak. Tiga putra dan putrinya sudah menikah dan memberi empat cucu, sedangkan Pipin, putri keempat, putus sekolah kelas II SMA. Sementara Intan, belum sekolah meski sudah berusia tujuh tahun.Wanita berkulit gelap ini mengaku cukup lega karena pada masa mendatang sekolah sudah gratis di Sumsel. Namun, keluarga ini dibayangi masalah mencari tanah kosong untuk mendirikan rumah karena lahan yang ditempati saat ini bakal diambil Pemprov Sumsel yang berencana mengubah kawasan Jakabaring menjadi kawasan perkantoran, pendidikan, rekreasi, olahraga, dan permukiman. ***